Solid State Drive atau SSD mungkin masih awam di telinga
masyarakat Indonesia secara umum. Hal tersebut tidak aneh karena SSD belum
menjadi perangkat keras yang umum dipakai karena baru diperkenalkan ke pasar
Indonesia beberapa tahun ke belakang.
Harddisk tipe SSD merupakan pengembangan
teknologi memori solid state untuk menyimpan data. SSD menggabungkan sejumlah
modul memori flash yang dihubungkan dengan sebuah chip controller. Tidak
seperti Hard Disc Drive (HDD), SSD tidak berisi bagian yang bergerak seperti
disk magnetik yang berputar dan jarum untuk membaca/menulis.
SSD (Solid State Drive) adalah media
penyimpanan data yang menggunakan non volatile
memory sebagai media dan tidak menggunakan cakram magnetis seperti
hard-disk konvensional. Berbeda dengan volatile
memory, data yang tersimpan pada SSD tidak akan hilang meskipun daya
listrik tidak ada.
Volatile & Non-volatile
- volatile memory adalah media penyimpanan data (dapat ditulis dan dihapus) yang akan hilang datanya bila tidak ada aliran listrik. Jadi dia butuh daya listrik dalam mempertahankan data yang disimpan. contohnya : RAM
- Non-volatile memory adalah media penyimpanan data (dapat ditulis dan dihapus) yang tidak membutuhkan aliran listrik dalam penyimpanan datanya. Jadi walaupun aliran listrik tidak ada, data masih tetap tersimpan. contohnya : Flashdisk.
Riwayat
penyimpanan data tanpa menggunakan komponen bergerak ini sebenarnya sudah
dimulai sejak akhir 1960-an dan awal tahun 1970-an. Kala itu, SSD dibuat untuk
komputer super buatan IBM yaitu Amdahl dan Cray. Namun mahalnya harga yang
harus dibayar, membuat SSD tidak bisa diproduksi secara masal karena tidak
ekonomis (saat itu hanya dibuat jika ada pesanan).
Proyek SSD kemudian dimulai lagi dengan
kehadiran SSD yang dibuat oleh StorageTek pada akhir 1970-an. Di awal tahun
1980-an, Santa Clara Systems memperkenalkan BatRam, sebuah memori berbentuk
serangkaian chip RAM dengan kapasitas total sebesar 1 megabit (125 kilo byte)
yang berfungsi mengemulasikan hard-disk, suatu media penyimpanan yang cukup
besar kala itu, karena MS-DOS versi 1.0 hanya mendukung media penyimpanan
maksimal sebesar 160 kilo byte saja. Dalam paketnya, memori ini dilengkapi
dengan baterai isi ulang. Baterai ini berfungsi menyimpan data saat rangkaian
RAM tidak mendapatkan pasokan daya listrik (misalnya saat komputer dimatikan).
Pada
tahun 1995, M-Systems memperkenalkan SSD berbasis flash memory. SSD ini
kemudian secara luas dipakai oleh kalangan militer dan industri angkasa luar
Amerika Serikat sebagai pengganti fungsi hard-disk konvensional. Semenjak itu,
SSD semakin berkembang sehingga berbentuk dalam perangkat yang kita kenal
sekarang dan mulai diproduksi secara masal sehingga saat ini harganya semakin
terjangkau (meskipun hard-disk biasa masih jauh lebih murah).
Fitur dan Teknologi
Dari sisi sifatnya, SSD dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu berbasis flash dan berbasis DRAM (Dynamic Random
Access Memory).
SSD Berbasis Flash
Di pasaran saat ini banyak kita temui
teknologi SSD berbasis flash, misalnya Flash Disk, Secure Digital (SD Card),
Micro SD Card, Multi Media Card (MMC) dan Compact Flash (CF). Sementara SSD
dengan ukuran fisik sebesar hard-disk konvensional, yaitu ukuran 1,8 inci dan
2,5 inci dengan kapasitas hingga diatas 128 GB, sejak tahun 2008 sudah mulai
populer di pasaran seiring dengan harganya yang makin terjangkau.
SSD berbasis flash memanfaatkan
sejumlah kecil DRAM untuk cache yang dipakai untuk menyimpan informasi tentang
penempatan blok data serta informasi wear levelling (sebuah teknik untuk
memperpanjang usia pemakaian memori berbasis flash). Sementara pada SSD dengan
kinerja tinggi biasanya juga dilengkapi dengan penyimpanan daya listrik
sementara (energy storage). Komponen ini umumnya disusun dari rangkaian
kapasitor atau baterai yang berfungsi untuk memindahkan data dari cache SSD ke
flash memory saat komputer dimatikan/ mati mendadak (jika berbasis kapasitor)
atau untuk menyimpan data sementara dalam cache (jika menggunakan baterai).
Data dalam SSD berbasis flash biasanya
disimpan dalam sel memori pada chip. Dalam kelompok ini ada dua macam jenis sel
memori yang umum digunakan, yaitu jenis MLC (Multi Level Cell) dan SLC (Single
Level Cell).
SSD jenis MLC biasanya lebih murah
dibandingkan dengan yang berbasis SLC. Hal ini disebabkan MLC menyimpan data
sebesar 3 bit atau lebih setiap selnya, sedangkan untuk SLC hanya 1 bit saja,
sehingga biaya per giga byte-nya menjadi lebih rendah.
Sedangkan SSD jenis SLC berharga lebih
mahal,namun tipe ini memiliki kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan
jenis MLC, yaitu kecepatan transfer data yang lebih tinggi, konsumsi daya yang
lebih rendah dan daya tahan sel memori yang lebih lama. Salah satu penyebab
mahalnya harga SLC ini adalah ongkos pembuatan yang lebih tinggi per giga
byte-nya mengingat SSD jenis SLC hanya mampu menyimpan data dengan jumlah yang
lebih sedikit per selnya.
SSD Berbasis DRAM
SSD dengan teknologi ini memiliki
kecepatan akses data yang sangat tinggi (umumnya kurang dari 1 mili detik).
Perangkat ini biasanya dilengkapi dengan baterai internal dan sistem penyimpanan
data cadangan untuk memastikan tetap adanya data dalam SSD saat komputer
dimatikan atau mati mendadak. Dalam kondisi ini, baterai dalam SSD akan memasok
daya bagi rangkaian sel untuk menyalin semua informasi dari DRAM ke perangkat
penyimpanan cadangan. Saat komputer dinyalakan lagi, semua informasi ini akan
dikembalikan lagi ke DRAM.
Kelebihan SSD Dibandingkan Hard-disk Konvensional (HDD)
- Waktu mulai bekerja (start-up) yang lebih cepat. Akses data yang cepat, Hal ini berdampak pada akses data yang lebih tinggi, keterlambatan/ penundaan membaca data (latency) yang lebih rendah dan waktu pencarian data (seek time) yang jauh lebih cepat.
- Tidak memiliki bising/dengung (noise) mengingat tidak adanya komponen yang bergerak.
- Lebih hemat daya listrik, meskipun untuk SSD berbasis DRAM masih diperlukan catu daya yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan hard-disk konvensional masih jauh lebih hemat energi.
- Lebih kebal terhadap guncangan, getaran, dan temperatur yang tinggi.
- Dengan kapasitas penyimpanan yang sama, SSD memiliki bobot yang lebih ringan dan ukuran fisik yang lebih ramping jika dibandingkan dengan hard-disk biasa (khususnya saat ini hingga ukuran penyimpanan 256 GB) sehingga lebih portable untuk notebook dan mobile external storage.
- Karena dapat menyimpan data meskipun catu daya tidak ada, kelak teknologi SSD ini jika digabungkan dengan teknologi Memristor (Memory Transistor) membuka kemungkinan tercapainya pembuatan sebuah komputer yang dapat dihidup-matikan layaknya sebuah televisi, sehingga istilah start-up, shut down, hang, blue screen dan sejenisnya hanya menjadi catatan sejarah untuk anak cucu kita.
Itulah mengenai SSD (solid State Drive) semoga bermanfaat..
sumber : www.satria0720.blogspot.com
No comments:
Post a Comment